Kisah Sahabat Dengan Anak Kecil - Salah seorang Sahabat pernah bercerita bahwa pada suatu hari ia masuk ke dalam salah satu masjid. Ketika itu ia melihat seorang anak laki-laki yang berumur kurang lebih sepuluh tahun sedang melakukan salat dengan khusyuknya. Setelah anak itu selesai melakukan salat, sahabat itu mendekatinya dan bertanya sesuatu kepadanya, dan terjadilah dialog antara keduanya.
"Siapa ayahmu, Nak?" tanya sahabat itu.
"Saya yatim piatu. Ayah dan ibu saya telah meninggal," jawab si anak itu.
Lalu ketika sahabat itu menawarkan diri untuk menjadi orang tua asuhnya, si anak menjawab, "Apakah tuan akan memberiku makan bila aku lapar? Memberiku minum bila aku kehausan? Memberiku pakaian bila aku memerlukannya? Dan menghidupkanku bila aku mati?"
Sahabat itu kaget atas pertanyaan terakhir. Sebab, menghidupkan seseorang setelah mati di luar kekuasaan manusia. Seakan-akan si anak itu mengemukakan argumentasi seperti yang terdapat dalam surat asy-Syu'araa' ayat 78-81 yang artinya, "Yaitu Tuhan, yang telah menciptakan aku, maka Dia menunjuki aku. Dan Tuhanku, Dia-lah yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku, dan Dia-lah yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku kembali."
Sahabat itu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Adapun permintaanmu yang terakhir itu, menghidupkan sesudah mati, bukanlah kewenanganku. Aku tidak sanggup melakukannya."
Mendengar jawaban sahabat yang demikian, anak itu kemudian berpaling sambil berkata, "Kalau begitu silahkan tuan tinggalkan aku. Biarkanlah aku menghadap Allah yang menciptakan aku, yang memberi rezeki kepadaku, dan yang menghidupkan aku setelah mati."
Sahabat terdiam kagum melihat kecerdasan dan keimanan anak itu. Ia hanya bisa memandangnya berlalu dari hadapannya. Sungguh anak sekecil itu telah memiliki harta yang sangat mahal harganya, yaitu tauhid yang kuat.
"Siapa ayahmu, Nak?" tanya sahabat itu.
"Saya yatim piatu. Ayah dan ibu saya telah meninggal," jawab si anak itu.
Lalu ketika sahabat itu menawarkan diri untuk menjadi orang tua asuhnya, si anak menjawab, "Apakah tuan akan memberiku makan bila aku lapar? Memberiku minum bila aku kehausan? Memberiku pakaian bila aku memerlukannya? Dan menghidupkanku bila aku mati?"
Sahabat itu kaget atas pertanyaan terakhir. Sebab, menghidupkan seseorang setelah mati di luar kekuasaan manusia. Seakan-akan si anak itu mengemukakan argumentasi seperti yang terdapat dalam surat asy-Syu'araa' ayat 78-81 yang artinya, "Yaitu Tuhan, yang telah menciptakan aku, maka Dia menunjuki aku. Dan Tuhanku, Dia-lah yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku, dan Dia-lah yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku kembali."
Sahabat itu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Adapun permintaanmu yang terakhir itu, menghidupkan sesudah mati, bukanlah kewenanganku. Aku tidak sanggup melakukannya."
Mendengar jawaban sahabat yang demikian, anak itu kemudian berpaling sambil berkata, "Kalau begitu silahkan tuan tinggalkan aku. Biarkanlah aku menghadap Allah yang menciptakan aku, yang memberi rezeki kepadaku, dan yang menghidupkan aku setelah mati."
Sahabat terdiam kagum melihat kecerdasan dan keimanan anak itu. Ia hanya bisa memandangnya berlalu dari hadapannya. Sungguh anak sekecil itu telah memiliki harta yang sangat mahal harganya, yaitu tauhid yang kuat.