oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 25 Januari 2011 jam 21:14
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Wahai suamiku, aku ingin menceritakan bagian dari sejarah hidupku, mau kah engkau mendengarnya…?
“baiklah, aku akan mendengarkannya”
Aku belum puas dan tidak akan cukup jika engkau datang hanya memberikan aku sebuah surga dunia.
Wahai suamiku, jikalau engkau rela menghabiskan sebagian gajimu untuk mencicil ataupun membeli rumah walaupun RSSSSSS (rumah sangat small sehingga selonjoranpun susah sekali)…maukah kau berjanji mencicil dari sekarang untuk membangunkan aku sebuah rumah di akhirat nanti….?
Untuk saat ini aku rela engkau membelikan RSSSSSS tapi ketika nanti kita memiliki anak, tolong donk “S”nya dikurangi 5 menjadi rumah agak small. Mengenai masalah rumah dunia itu bisa kita negosiasikan. Tapi mengenai masalah rumah akhirat aku tidak ingin bernegosiasi.
Asal kamu ketahui wahai suamiku, kamu harus membayar waktu-waktu yang telah berlalu karena telah membuat aku menunggu kedatanganmu terlalu lama.
Tahukah engkau wahai suamiku, sebelum engkau datang ada beberapa lelaki yang sempat singgah dan telah mengisi hari-hariku.
Si fulan yang pertama datang dengan cinta tapi dia berkata untuk tahap pengenalan dia ingin pacaran dengan aku sebagai tahap awal hubungan kami. Tahukah kamu wahai suamiku, si fulan orangnya tampan, orang berada dan berpendidikan. Banyak sekali teman kuliahku yang jatuh hati padanya. Dan tahukah suamiku aku telah menolaknya…
Bukan bermaksud sok jual mahal tapi memang kita…. Eh maksudnya aku sebagai perempuan memiliki aurat yang sifatnya mahal jadi tidak sembarang orang asal tembak dan aku asal terima.
Dan Belum apa-apa si fulan udah megang-megang tangan aku…
“maaf ya suami ku kalau aku pernah di sentuh oleh orang yang bukan muhrimnya…”
Tapi wahai suamiku…ketika dia melakukan itu kemudian aku mengingat Allah dan aku tidak ingin mengulanginya lagi selain dengan muhrimku.
tahukah apa yang aku rasakan pada saat itu, suamiku..
“apa yang kamu rasakan pada saat itu..”
Lelaki itu tidak sayang kepadaku….
“kenapa kamu berpikir seperti itu…bukannya dia bilang cinta sama kamu..”
Lelaki itu tidak sayang kepadaku karena kalau dia benar-benar sayang dan cinta kepadaku dia tidak akan menuruti hawa nafsu dengan menyentuh tanganku yang bukan muhrimnya, kalau benar dia cinta kepadaku ketika dia datang ke rumahku maka temuilah orang tuaku untuk melamarku dan menjadikan aku halal baginya. Bukan sebaliknya dia datang ke rumah untuk bertemu dengan aku dan menjerumuskan aku ke dalam api neraka”
“suamiku…maukah engkau mendengarkan ceritaku yang ke dua…atau kau sudah mengantuk..?
“baik, aku akan mendengarkan ceritamu lagi. Ayo lanjutkan”
Si fulan datang dengan cinta, segala kekurangan si fulan telah aku terima dengan lapang dada, baik mengenai keluarga, ekonomi dan pendidikan. Tahukah kau wahai suamiku aku pernah berencana untuk menikah dengan si fulan. Si fulan sudah menemui orang tuaku.
Tapi pernah suatu ketika dia menanyakan suatu pertanyaan dan sekaligus permintaan yang sama sekali aku tidak bisa menerimanya..
“pertanyaan apakah itu wahai isteriku..?”
Dia pernah berkata “boleh tidak sebelum kita menikah, kamu membuka jilbab kamu…setidaknya aku ingin mengetahui kondisi fisik kamu.”
Tahukah wahai suamiku apa yang ingin aku ucapkan di hadapan si fulan…inilah yang ingin aku ucapkan “dasar lelaki goblok!!!!”.
Maaf ya wahai suamiku, aku menggunakan kata tidak sopan. Tapi bukankah perbuatan si fulan terhadapku melampaui kata tidak sopan.
Wahai suamiku, ketika dia menanyakan hal itu, aku bagaikan sebuah manakin dimana jilbabku hanya selembar kain yang siap lepas siapapun ingin membeli dan jika tidak jadi maka selembar kain itu siap menempel di kepalaku kembali.
Si fulan tidak mencintaiku….
“bukankah dia pernah mengatakan cinta padamu dan dia sudah menemui orang tua mu untuk menikahi kamu…?”
Yang aku tahu ketika seseorang mencintai orang lain maka orang tersebut akan menjaga kehormatan dan kemaluan orang yang dia cintai.
Tapi apa yang terjadi dengan si fulan…dia malah ingin melihat rambutku yang merupakan salah satu aurat dari seorang perempuan.
Tidakkah itu menghina aku…bukan…bukan aku yang telah si fulan hina…tapi agamaku telah ia hina dengan mengatakan hal tersebut tidakkah itu menginjak-injak kesucianku yang telah dijaga oleh agamaku….
“kemudian apa yang kamu katakana untuk membatalkan rencana pernikahan kalian?”.
“Pertanyaan bagus sekali wahai suamiku…
Seminggu berselang dari pertanyaan bodoh si fulan kami tidak saling bertemu. Dan kemudian aku mengatakan bahwa aku ingin memutuskan untuk batal menikah dan menjelaskan pernyataan-pernyataan klise dan aku ingin melanjutkan kuliahku di luar kota (ga bohong loh) sehingga dia percaya bahwa kami memang tidak sesuai.
Sebenarnya aku tidak marah sedikitpun kepada si fulan. Malah aku berterima kasih kepada Allah telah membukakan pintu sehingga aku bertemu dengan si fulan ke 3….mau tahukah engkau wahai suamiku siapa gerangan si fulan yang ke 3….
“siapakah si fulan yang ke 3 wahai istriku…?”
Si fulan yang ke 3 tidak banyak cerita…karena motto hidupnya ‘talk less, do more’. Gayanya kampungan banget. Mau nikahin aku tapi malah deketin orang tua dan kakakku. Yang jelas pada awalnya aku tidak menyukainya.
Kalau ketemu aku bukannya tanyain kabar aku malah tanyain kabar orang tuaku.
Kalau ketemu aku, dia malah buang muka.
Kalaupun ngobrol sama aku, si fulan tidak banyak bicara selain itu juga kalau aku berbicara suka langsung ditinggal. Tidak sopan banget kan….
Kalau ketemu dengan aku, si fulan tidak menanyai aku sudah makan apa belum tapi malah Tanya aku sudah sholat apa belum.
Si fulan tidak menanyai aku kerja di mana tapi si fulan menanyai aku…apakah bahagia kerja di tempat aku bekerja…
Selain itu setiap malam gangguin aku tidur lagi… masa jam 3 sering miscall ga jelas…waktu aku angkat eh malah di matiin.
Dan yang paling menjengkelkan tiba-toba datang ke rumah untuk melamarku mendadak banget. Memang sih…si fulan datang hanya bersama kedua orang tuanya tapi mau di taruh di mana mukaku yang panik ini.
Satu dua jam orang tua si fulan dan orang tua ku membicarakan hal-hal yang membuatku sangat tidak aku mengerti pada saat itu.
Kemudian ada sebuah pertanyaan terlontar dari ayahku..
”kalau kami sih setuju saja jika anak kami setuju…bagaimana Ai..kamu setuju tidak”
“anu…a….a…kakak bisa memberikan aku rumah?”tiba-tiba pertanyaan ini terlontar dan memang ini merupakan pertanyaan ampuh untuk menolak lamaran laki-laki. Biarlah aku dibilang perempuan matrealistis.
“insyaallah saya sudah dan sedang mencicil sebuah rumah untuk kelak keluarga saya…selain itu saya ingin membangun rumah ke 2 untuk keluarga saya kelak…” ternyata pertanyaan pertama berhasil dijawab oleh si fulan.
“maksudnya rumah ke 2….kamu mau membangun 2 rumah untuk isteri pertama dan isteri kedua..?”dengan penjelasan si fulan aku langsung melontarkan pertanyaan di luar dugaan selain itu pertanyaan ini sebagai senjata pula untuk menolaknya.
“O…..bukan..bukan itu maksud saya… maksud saya yaitu 1 rumah untuk kehidupan sekarang dan 1 rumah untuk kehidupan akhirat. Insyaallah saya ingin membahagiakan isteri dan anak kami kelak tidak hanya untuk di dunia tapi untuk di akhirat juga….jadi bagaimana dek Ai…apakah penjelasan saya sudah cukup..”
“apa yang bisa kak Rama janjikan jika kelak aku menjadi isteri kakak?”pada saat itu aku berusaha untuk mencari celah agar dapat alasan untuk menolak si fulan.
“mengenai harta aku tidak bisa menjanjikan apa-apa karena untuk saat ini alhamdulillah aku hanya seorang karyawan biasa di mana aku harus membiayai sekolah adikku dan kehidupan keluargaku. Tapi yang jelas aku ingin menjanjikan kebersamaan di mana kita hidup susah senang bersama. Meraih mimpi-mimpi kita bersama. Dan aku ingin sekali menggenggam tangan isteriku dan anak-anakku ketika memasuki pintu syurga.
Jikalau janji-janji ini memang tidak berkenan di hati dek Ai, saya akan terima dengan ikhlas dan semoga ada seseorang yang bisa memberikan janji yang lebih indah dari pada diri saya.”
“memang janji-janji itu tidaklah sesui dengan harapan saya,tahukah kau…aku ingin sekali calon suamiku menjanjikan aku mas kawin yang mahal, pesta pernikahan yang megah, rumah yang siap huni, mobil yang akan terpakir di garasi. Tapi sangat sayang…janjimu sungguh lebih menggiurkan…dari pada itu semua. Baiklah kak, 6 bulan dari sekarang aku ingin menagih janji-janjimu.” tanpa berpikir lama dan panjang lebar lagi seakan-akan pertanyaan jebakanku telah terjawab sempurna oleh si fulan. Sederhana tetapi indah. Pada saat itu yang tergambar di benakku adalah keluarga yang indah tawa dan canda menghiasi perkarangan rumah.
Selama 6 bulan dari masa lamaran si fulan tidak berbuat yang aneh-aneh yang bisa membuat aku membatalkan rencana pernikahan untuk yang kedua kalinya.
Setiap bertemu dengan si fulan ada saja pelajaran untuk lebih mencintai-Nya. Ketidak sukaan kepada si fulan pada saat awal berangsur menjadi mengaguminya.
Sampai akhirnya 6bulan yang di tunggupun datang dengan sempurna akhirnya Aisyah ingin menagih janji-janji Muhammad Rama dalam sebuah pernikahan.
Wahai suamiku, sudah kau lihat kan…untuk menunggu dirimu aku harus melewati si fulan - si fulan itu… ternyata untuk bertemu dengan dirimu, aku harus melewati itu semua.
Tapi Yang jelas wahai suamiku aku belum puas dengan surga dunia yang telah engkau berikan berikanlah aku janjimu yang terakhir yaitu menggenggam tangan ku dan anak-anak kita ke dalam pintu syurga
Dan wahai suamiku untuk menggapai janji mu yang terakhir maka ajarilah aku untuk mencintai-Nya