Sepohon cinta,
Bertahun sudah kuizinkan benihmu disemai di sanubariku
Bertahun sudah kuberjerih pelihara suburmu
Telah kubajai dengan kesetiaan dan kepercayaan
Telah kusirami dengan keikhlasan dan kejujuran
Telah tersimbah dengan nur dari Ilahi
Agar terbit haruman bunga cinta nan wangi
Kuharap kuntummu semerbak harum ke pelosok sanubari
Tatkala musim kemarau menjengah
Kukerah segenap daya menggali telaga sabar
Di ufuk timur dan barat tanah gersang
Untuk kusiramimu yang semakin layu
Hasratku dirimu terus segar dan tegap
Tatkala makhluk perosak berusaha membinasa akarmu
Kusisih satu persatu dengan tangan kosongku
Biar digigit luka ku tetap singkirnya
Tak sanggup kubiar kau menyembah bumi lantarannya
Tatkala api amarah dan cemburu menyala
Adakala kubiar kau layu dek bahangnya
Tatkala hujan rahmat membasahi
Harummu umpama kasturi
Indahmu menggamit nur segenap sanubari
Tatkala nian indahnya mekar kuntummu
Tatkala nian semerbak harummu
Dititisi embun keyakinan dan pengertian
Kurejahi segala onak duri
Demi mereguk nikmat memilikimu
Tatkala badai melanda
Kuperisaikan diriku melindungmu
Namun….Duri-duri tajammu nan bisa menusukku
Pekat darah merah mengalir
Menyimbahi ceruk sanubari
Bisamu menular kesegenap raga
Hanyir darah menusuk rongga hidungMenyirna wangi kuntummu
Kukaral air di telaga sabar yang masih tersisa
Biarpun longlai segenap ruas sendiku
Biarpun pekat darah masih menitis
Idamku sanubari suci dari noda dan hanyir darah
Moga hikmat air telaga sabar sebagai penawar bisa
Terkadang tiada daya lagi memilikimu
hadirmu menuntut sejuta pengorbanan
Menagih sejuta bukti
Mengidam sejuta hasrat
Terkadang kusahut segala serumu
Lalu tersungkurku di jurang kehinaan
Terkadang pabila bisamu menjalar segenap ragaku
Mengundang lalai pada Ilahi dek sebalku padamu
Lalu terperosokku di lubang murka Rabbku
Ingin kurentap dan kucantasmu dengan rakus dari sanubar
iAgar tiada lagi bisa hingga kualpa pada Al Khaliq
Namun..kau bukanlah benih yang dulunya kusemai
Tunjangmu mengakar jauh ke dasar sanubari
Andai kurentap..
Pasti kesakitan tak terperi menular keseluruh raga
Andai kucantas…bukankah tunggulmu tetap di situ
Tetap menghadir seribu nestapa saban saat kuterlirikmu
Pasrah…Kuserahkan segalanya pada Ar Rahiim
Dialah yang mengirimkan benihmu dulu
Jika di sisinya memilikimu akan menumbuhkan
Sejuta pohon cinta pada Ar Rahman
Tetaplah utuhlah kau dalam sanubarikuNamun..
Jika di sisi Al MalikMemilikimu mengundang murka Ilah
iMematikan pohon cintaku pada Al ‘Alim
Maka Dialah yang lebih tahu
Aturannya agar kau tersirna dari sanubariku..
Tanpa secubit sengsara
Tanpa sekelumit sesal
Tanpa seguris pilu
Tanpa secebis dendam
Pergilah kau dari sanubariku
Tanpa tersisa secalit tanda
Moga dengan pemergianmu…
Tiada putus rahmat Ilahi singgah di sanubariku
Tumbuh sejuta pohon cinta pada Rabbku
Menggantikan kau sepohon cinta....
Bertahun sudah kuizinkan benihmu disemai di sanubariku
Bertahun sudah kuberjerih pelihara suburmu
Telah kubajai dengan kesetiaan dan kepercayaan
Telah kusirami dengan keikhlasan dan kejujuran
Telah tersimbah dengan nur dari Ilahi
Agar terbit haruman bunga cinta nan wangi
Kuharap kuntummu semerbak harum ke pelosok sanubari
Tatkala musim kemarau menjengah
Kukerah segenap daya menggali telaga sabar
Di ufuk timur dan barat tanah gersang
Untuk kusiramimu yang semakin layu
Hasratku dirimu terus segar dan tegap
Tatkala makhluk perosak berusaha membinasa akarmu
Kusisih satu persatu dengan tangan kosongku
Biar digigit luka ku tetap singkirnya
Tak sanggup kubiar kau menyembah bumi lantarannya
Tatkala api amarah dan cemburu menyala
Adakala kubiar kau layu dek bahangnya
Tatkala hujan rahmat membasahi
Harummu umpama kasturi
Indahmu menggamit nur segenap sanubari
Tatkala nian indahnya mekar kuntummu
Tatkala nian semerbak harummu
Dititisi embun keyakinan dan pengertian
Kurejahi segala onak duri
Demi mereguk nikmat memilikimu
Tatkala badai melanda
Kuperisaikan diriku melindungmu
Namun….Duri-duri tajammu nan bisa menusukku
Pekat darah merah mengalir
Menyimbahi ceruk sanubari
Bisamu menular kesegenap raga
Hanyir darah menusuk rongga hidungMenyirna wangi kuntummu
Kukaral air di telaga sabar yang masih tersisa
Biarpun longlai segenap ruas sendiku
Biarpun pekat darah masih menitis
Idamku sanubari suci dari noda dan hanyir darah
Moga hikmat air telaga sabar sebagai penawar bisa
Terkadang tiada daya lagi memilikimu
hadirmu menuntut sejuta pengorbanan
Menagih sejuta bukti
Mengidam sejuta hasrat
Terkadang kusahut segala serumu
Lalu tersungkurku di jurang kehinaan
Terkadang pabila bisamu menjalar segenap ragaku
Mengundang lalai pada Ilahi dek sebalku padamu
Lalu terperosokku di lubang murka Rabbku
Ingin kurentap dan kucantasmu dengan rakus dari sanubar
iAgar tiada lagi bisa hingga kualpa pada Al Khaliq
Namun..kau bukanlah benih yang dulunya kusemai
Tunjangmu mengakar jauh ke dasar sanubari
Andai kurentap..
Pasti kesakitan tak terperi menular keseluruh raga
Andai kucantas…bukankah tunggulmu tetap di situ
Tetap menghadir seribu nestapa saban saat kuterlirikmu
Pasrah…Kuserahkan segalanya pada Ar Rahiim
Dialah yang mengirimkan benihmu dulu
Jika di sisinya memilikimu akan menumbuhkan
Sejuta pohon cinta pada Ar Rahman
Tetaplah utuhlah kau dalam sanubarikuNamun..
Jika di sisi Al MalikMemilikimu mengundang murka Ilah
iMematikan pohon cintaku pada Al ‘Alim
Maka Dialah yang lebih tahu
Aturannya agar kau tersirna dari sanubariku..
Tanpa secubit sengsara
Tanpa sekelumit sesal
Tanpa seguris pilu
Tanpa secebis dendam
Pergilah kau dari sanubariku
Tanpa tersisa secalit tanda
Moga dengan pemergianmu…
Tiada putus rahmat Ilahi singgah di sanubariku
Tumbuh sejuta pohon cinta pada Rabbku
Menggantikan kau sepohon cinta....